Kerupuk, Camilan Tradisional yang Meledak di TikTok
Siapa yang menduga, camilan sederhana seperti kerupuk dapat meraih omzet hingga Rp 500 miliar hanya dari TikTok Shop! Fenomena ini menunjukkan bahwa platform digital sekarang ini bukan hanya sekadar tempat hiburan, tetapi juga berfungsi sebagai mesin penggerak ekonomi untuk UMKM dan pedagang online di Indonesia.
Dalam beberapa bulan terakhir, kerupuk menjadi salah satu produk terlaris di TikTok, bahkan mengalahkan kategori makanan ringan lainnya. Dari kerupuk kulit, kerupuk udang, hingga kerupuk bawang, semuanya ludes terjual dalam waktu singkat.
Apa yang menyebabkan penjualan kerupuk dapat melonjak seperti ini? Mari kita bahas strateginya!
Strategi Jitu: Viral di TikTok, Laris Manis di Keranjang Belanja
1. Tren Live Shopping: Daya Tarik yang Tak Terbantahkan
Salah satu faktor utama peningkatan penjualan kerupuk adalah tren live shopping di TikTok. Banyak penjual yang melakukan live streaming dengan cara yang unik dan interaktif, membuat calon pembeli tertarik untuk langsung melakukan checkout.
Contohnya, ada penjual yang:
- Menggigit kerupuk di depan kamera untuk menunjukkan betapa renyahnya produk mereka.
- Memberikan promo kilat selama siaran langsung, seperti “Beli 2 Gratis 1” atau gratis ongkir.
- Membalas komentar pembeli secara langsung, sehingga ada interaksi real-time yang menciptakan rasa urgensi untuk membeli.
Cara ini terbukti sangat efektif dalam meningkatkan penjualan, karena calon pembeli merasa lebih percaya dan tertarik setelah melihat langsung produk yang ditawarkan.
2. Algoritma TikTok yang Mendorong Produk Viral
Keberhasilan penjualan kerupuk di TikTok juga tidak terlepas dari peran algoritma TikTok. Berbeda dengan platform e-commerce konvensional, TikTok menggunakan for you page (FYP) untuk merekomendasikan konten berdasarkan minat pengguna.
Oleh karena itu, jika seseorang pernah menonton atau menyukai konten tentang makanan, maka video tentang kerupuk akan lebih sering muncul di berandanya. Inilah yang membuat produk bisa menjadi viral dalam waktu singkat dan menjangkau jutaan orang tanpa harus mengeluarkan biaya besar untuk iklan.
3. Kolaborasi dengan Influencer dan Ulasan Jujur
Banyak merek kerupuk juga berkolaborasi dengan influencer kuliner untuk mempromosikan produk mereka. Influencer biasanya:
- Mereview rasa dan tekstur kerupuk secara langsung.
- Menunjukkan cara menyantap kerupuk dengan berbagai makanan, seperti nasi goreng, soto, atau bakso.
- Membuat tantangan atau tren, seperti “Seberapa renyah kerupuk ini? ” yang mendorong banyak orang untuk ikut mencoba dan membeli.
Ulasan yang jujur dan autentik dari influencer membantu meningkatkan kepercayaan calon pembeli dan mempercepat penjualan.
4. Kemasan Menarik dan Praktis untuk Generasi Digital
Selain promosi yang kuat, penjual kerupuk di TikTok juga mulai berinovasi dalam kemasan. Jika dahulu kerupuk dijual dalam plastik besar tanpa label, kini banyak yang menawarkan kemasan premium, ziplock, atau dengan desain modern yang lebih menarik.
- Kemasan yang praktis memudahkan penyimpanan dan menjaga kerenyahan kerupuk lebih lama.
- Desain modern dan estetik membuat produk lebih cocok dipasarkan kepada anak muda yang aktif di media sosial.
Hasilnya? Pembeli bukan hanya mencari rasa yang enak, tetapi juga pengalaman membeli produk yang lebih eksklusif dan menyenangkan.
Dampak Besar bagi UMKM dan Industri Kuliner
Kesuksesan penjualan kerupuk di TikTok Shop menunjukkan bahwa platform digital dapat menjadi pengubah permainan bagi pelaku UMKM. Dengan strategi pemasaran yang tepat, bahkan produk sederhana seperti kerupuk dapat menghasilkan omzet ratusan miliar rupiah.
Beberapa efek positif dari tren ini antara lain:
✅ Menciptakan peluang usaha baru bagi produsen dan reseller kerupuk.
✅ Meningkatkan perluasan pasar, dari yang sebelumnya hanya dijual di pasar tradisional menjadi produk nasional.
✅ Mengusahakan digitalisasi UMKM, karena banyak penjual kecil sekarang mulai belajar cara mempromosikan produk mereka secara online.
Kesimpulan: TikTok, Mesin Uang Baru untuk Pedagang Kerupuk?
Siapa yang berkata bisnis makanan ringan tidak dapat mendatangkan keuntungan besar? Dengan bantuan TikTok, kerupuk yang sebelumnya hanya dijual di warung kini mampu mencapai omzet hingga Rp 500 miliar!
Fenomena ini menunjukkan bahwa dengan strategi yang tepat—memanfaatkan live shopping, menggunakan algoritma TikTok, bekerja sama dengan influencer, dan mengemas produk secara lebih menarik—UMKM bisa bersaing di era digital.
Jadi, apakah kerupuk akan menjadi komoditas emas berikutnya di dunia e-commerce? Kita lihat saja, siapa tahu dalam beberapa bulan mendatang ada produk makanan lain yang bisa mengikuti tren ini! .